"walau tak dapat slalu ku ungkapkan kata cinta ku tuk mamah..
Namun dengarlah hatiku berkata... , sungguh ku sayang pada mu mamahhh.."
Tiga tahun, di bogor membuatku mengerti bahwa dunia ini tak hanya selebar daun kelor. Ada dunia lain yang harus aku lihat. Ada sisi dunia lain yang harus aku jajahi dan pelajari disana.
Saat aku menentukan ingin melanjutkan kuliah dimana, Mama begitu keukuh ingin aku pergi jauh dari rumah. Rumah yang telah menjadi istana kecilku, tempat kami berbagi suka dan duka. Rumah yang dibangun Papa dan Mama dengan tetesan keringat dan air mata. Rumah yang sejak awal aku masuk SMP siap kami tata dengan sesuka hati. Sebuah rumah tak besar namun cukup untuk menjadi tempat kami menghabiskan hari demi hari dengan penuh tawa dan derai. Dirumah ini, aku dibesarkan dengan didikan yang baru aku rasakan manfaatnya setelah aku jauh dari rumah itu. Ingat betul, dulu jika aku ingin main bersama teman-teman masa kecilku, mama selalu bilang “mau main? Tapi harus nyapu, nyiram bunga dan sebelum magrib sudah harus dirumah”. Selalu itu menjadi syarat jika aku ingin main, sesuai janji ku, beberapa menit sebelum adzan berkumandang aku sudah ada dirumah lagi, bersiap untuk sholat berjamaah di rumah. Namun suasana itu sudah teramat langka aku rasakan sekarang, bahkan untuk pulang ke rumahpun harus mencari waktu yang benar-benar tepat, terlebih lagi dengan kondisi papa sekarang semakin membuat suasana itu menjadi langka.
Tiga tahun lalu, atas dorongan Mama yang terkesan memaksa, akupun mengambil PMDK ke IPB (institut Pertanian Bogor). Meskipun pada akhirnya aku hanya diterima di program diploma IPB, itu tak mengurangi rasa bangga ku. Aku tau tujuan mama itu baik membujuk aku untuk tidak menuntut ilmu di tanah kelahiranku Sumsel. Dengan begini, aku bisa tau dunia luas, aku tau bahwa pola pikir orang-orang dikampung halamanku benar-benar jauh berbeda dengan disini-dikota ini. Banyak hal-hal yang tak bisa aku ceritakan disini yang ternyata tidak berlaku di kota ini.
Awalnya, aku belum benar-benar mengerti mengapa Mama terkesan mengusir aku dari rumah. Merelakan aku anak gadis satu-satunya dirumah untuk merantau jauh ke kota yang terpisah ratusan kilo dari rumah, berjarak puluhan jam dari rumah dan terpisahkan oleh lautan bernama Selat Sunda. Namun, kini setelah 3 tahun aku hidup di kota hujan, kota dengan julukan seribu angkotnya aku mulai paham tentang semua itu. Bahwa tujuan mama hanyalah satu, mendidik aku mennjadi wanita yang kuat dan mandiri.
Dari hidup diperantauan aku tahu artinya hidup mandiri, kesederhanaan, keterbatasan, perjuangan, pengorbanan dan ketegaran. Aku harus mandiri mengerjakan semuanya sendiri, tanpa Papa yang selama ini selalu ada untuk ku, tanpa Mama yang selalu memenuhi kebutuhan ku. Hidup dalam kesederhanaan tanpa kata berpoyah-poyah, mengatur uang jajan agar cukup hingga awal bulan berikutnya. Apalagi setelah setahun lalu mama harus berkerja sendiri menghidupi kami sekeluarga. Aku harus berjuang sendiri melawan rasa takut ketika semua orang di kostan pulang ke rumah mereka sedang aku harus sendiri di kostan. Harus rela menahan hasrat ingin berkumpul dengan keluarga saat bulan puasa datang apalagi ketika takbir berkumandang. Saat orang-orang disekitar ku setiap hari ditelfon ibu bapaknya sedang aku tidak. Ya.. Mama tak pernah menerapkan pada kami anak-anaknya untuk bermanja ria padanya, Mama tak pernah menelfon walau hanya sekedar untuk mengingatkan ku makan. Bukan karena ia tak peduli, tapi aku tahu apa yang dilakukannya semata-mata untuk kemandirian ku.
Di kota ini, aku berada di lingkungan dimana mereka semua menyayangi ku. Sahabat-sahabat terbaiku yang selalu siap mendengarkan keluh kesahku, keluarga baruku yang siap menampung derai air mata ku. Meski aku pulang ke tanah kelahiranku Lahat-Palembang hanya setahun sekali tapi aku mendapatkan banyak keluarga baru disini. Keluarga baru yang siap membantuku kapanpun aku butuh bantuan mereka... terimakasih, untuk keluarga Bpk.Winata, Bpk. Dadang, Bpk. Rojak dan petakan kecilku tercinta milik bpk. Endi :)
Ya, didikan mama yang keras mampu menjadikan aku seorang wanita yang tegar dan mandiri. Begitulah mama, dengan cinta kasihnya menidik dan membesarkanku, dengan ketegasannya, dengan ketegarannya, dengan kesabarannya menerima cobaan sakit yang diderita papa beliau tetap menjadi ibu rumah tangga dan tulang punggung keluarga.
Aku tau, ibu kita semua adalah wanita yang luar biasa namun dengan sedikit rangkain kata ini aku belajar memahami dan mensyukuri serta mengagumi beliau. Semoga kita semua bisa benar-benar menjadi anak yang diharapkan seperti apa yang mama/ibu kita harapkan.
Satu hal yang selalu ingin aku lakukan saat in, aku ingin mencium keninngnya dan mencium punggung tangannya namun tak bisa aku lakukan setiap saat, karena kami terpisahkan jarak. Berbahagialah kalian yang berada dekat dengannya, setiap saat bisa mencium dan memeluknya... lakukanlah apa yang ingin kalian lakukan pada ibu kalian selagi tuhan masih memberikan kesempatan itu.
sebuah lagu indah untuk mama,
sebuah lagu indah untuk mama,
Bahasa kalbu
Apa yang kuberikan untuk mamah untuk mamah tersayang...
Tak ku miliki sesuatu berharga untuk mamah tercinta...
Reef : hanya ingin ku nyanyikan senandung dari hati ku untuk mamah..
hanya sebuah lagu sederhana... , lagu cinta ku untuk mamah...
walau tak dapat slalu ku ungkapkan kata cinta ku tuk mamah..
Namun dengarlah hatiku berkata... , sungguh ku sayang pada mu mamahhh..
Reef : oh , hanya ingin ku nyanyikan senandung dari hati ku untuk mamah..
hanya sebuah lagu sederhana... , lagu cinta ku untuk mamah...
percayalah........
Hanya diriku paling mengertiiiii...
Kegelisahan jiwamu mamah...
Dan hati kata kecewa mu...
Mamahnya hilangggg...
Hanya aku yang paling memahami... , besar arti kejujuran diri... , cinta sanubarimu mamahhh..
Percayalahh...
Lagu cintaku untuk mamah....
Miss u ma...........
hmmmm... nice...
BalasHapus^^d
terimakasih... :D
BalasHapus